Selasa, 16 Desember 2014

Flashback :')



            Andaikan semua yang ada di dunia ini seperti album foto. Mungkin aku mau mengabadikan semua yang pernah ku lewati sekecil apapun itu. Tak terkecuali tentang mu. Jika suatu saat nanti kita telah berbeda, setidaknya aku masih bisa memandangi album-album itu. Menceritakan dengan bangganya kepada mereka “ini lo kenangan terindah”. 
 
Ok diatas hanyalah prolog, yang akan kuceritakan sebenarya bukan tentang itu melainkan tentang awal perkenalan kita.. 

“Apakah kamu ingat awal pertemuan kita?”

Tentu saja, aku mengingatnya. Sekitar tahun 2011. Bermula dari teman satu kelas. Pertama kali bertemu masih terasa asing bagiku, aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Hari-hari pertama dikelas, hanya mengenal beberapa teman saja. Mereka lah yang selalu mengisi hari-hari pertamaku dikelas. Mengobrol, tertawa bersama, mendengarkan curhatan mereka, bermain permainan konyol, selalu begitu. Tak jauh berbeda, bulan-bulan berikutnya hanya ku habiskan waktu bersama mereka, hingga mereka menjadi sangat dekat dengan ku. Hanya mereka karna, butuh waktu lama bagiku untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. 

Lambat laun, aku mulai mengenal satu per satu teman dikelas, termasuk kamu. Hanya mengenalmu sepintas saja. Hingga suatu malam, aku mendapatkan chat facebook dari mu. Entahlah aku lupa dengan apa yang pertama kali kita obrolkan dulu. Intinya mulai hari itu kita mulai dekat. Dan tidak ada hari yang kulalui tanpa sapa darimu. 

Setiap pulang sekolah, tak pernah ku jauh dari hp. Berharap mendapat sms darimu. Menyenangkan bagiku menunggu sms masuk darimu. Dan selalu kusempatkan untuk membalas. Walaupun yang kita obrolkan selalu tidak jelas. 

Percakapan panjang sampai larut malam. Jujur aku rindu masa-masa seperti itu. Kamu selalu bisa mencairkan suasana. Membuatku tertawa dengan obrolan konyolmu. Lama sudah kedekatan kita. Aku mulai merasa ‘terbiasa’ dengan mu. Tanpa aku sadari aku mulai merasa nyaman. 

Waktu cepat berlalu, kini aku telah mengenal semua tentangmu begitupun sebaliknya. Semua berjalan begitu saja, sampai suatu waktu kamu mengutarakan semua isi hatimu. Antara sedikit tak percaya dan senang. Aku tak pernah menyangka jika kamu mempunyai rasa yang sama denganku, tak pernah. 

Seperti biasanya, hari-hari dengan percakapan panjang hingga larut malam. Entah tugas ataupun hanya bercanda ‘ngalor ngidul’ semuanya membuatku semakin dekat dengan mu. Sedang dikelas kita hanya diam memandang dari kejauhan. Karna kamu tahu aku adalah orang yang tak banyak bicara dan pemalu. Menurutku banyak hal yang tak perlu dipublikasi, tak perlu orang lain tahu. 

Kedekatan yang tak berlangsung lama, karna kesalahan yang kuperbuat. Bermula dari kecurigaan teman ku. Aku tak tahu apa yang mereka pikirkan waktu itu tentang aku. Mereka bilang aku berubah, aku bingung, aku tak pernah merasa secepat itu berubah. Padahal hari-hari selalu kulalui seperti biasa dengan mereka. 

Semenjak perkataan seorang temanku, aku mulai berfikir. Apa iya seberubah itukah aku?. Kata-kata yang entah sengaja mereka katakan kepadaku atau hanya bercanda. Tapi selalu berkecabuk dalam pikiranku. Masalah antara hati dan ego. Dan, dan akhirnya aku lebih memilih membesarkan egoku. Lebih memilih teman-temanku dari pada masalah hati. 

Ok “aku masih 8 SMP belum saatnya memikirkan ini semua” kira-kira seperti itu. 
Aku mulai berfikir, menjauh darimu. mulai mengabaikan pesan singkatmu, tak melihatmu, bersikap dingin kepadamu, dan semua itu kulakukan dengan berpura-pura. Ya sejujurnya aku tak mau melakukannya. Maaf aku telah membuat luka untukmu, aku tak bisa menjelaskan banyak tentang apa yang sedang terjadi. 

Semuanya telah kembali seperti awal ajaran baru. Aku selalu bersama mereka dan kita seakan tak pernah ada apa-apa. Sampai dipenghujung semester genap, aku pikir aku akan bisa melupakan semua diantara kita. Tapi nyatanya aku salah, semakin berusaha ku lupakan semakin aku mengingat semuanya. 

Lama tanpa kabar, semuanya terasa berbeda. Berada dikelas yang berbeda. Aku tak pernah lagi berusaha mencarimu kabarmu, aku takut perasaanku semakin rumit. Hingga suatu ketika seorang temanku bercerita tentang kamu. Awalnya aku tertarik mendengarkannya, dan pada akhirnya aku sadar yang diceritakan bukan tentangmu. Melainkan tentang kalian. 

“When our friends talk about you
all it does is just tear me down
Cause my heart breaks a little
when I hear your name”

Aku berusaha menjadi pendengar yang baik. Mendengarkan setiap jengkal cerita kalian. Walaupun terdengar menyakitkan ditelingaku. Hanya tersenyum tanpa kata yang kuucapkan sepanjang obrolan hari itu. Sampai ceritanya selesai, aku masih saja terdiam dengan senyum (palsu). Untuk pertama kalinya aku merasakan semua yang dinamakan “galau”.